Anak Gunung Karakatau |
***
Dering nokia membuyarkan lamunanku diatas kapal perang terbesar dinegeri ini, “Wa`alaikumussalam, ya Dino, alhamdulilah Bang sehat, bagaimana kabar Dino dengan kawan2 disana ?”… ‘haa, adik-adik santri baru telah hadir, (daurah Santri baru telah dimulai, pikirku), “yop, ma`annajah sukses, InsyaAllah besok sore Bang ori Bang Rizqi dan Ust, Zakiar akan berangkat menuju Padang, acara disini selesai siang besok Ba`da Zuhur”… “ Ya, kemungkinan sampai malam ba`da Magrib”… “ Ya Dino, terima kasih Informasinya”…” wa`alaikumussalam”. Suara serine membuat seluruh peserta gaduh sebagai tanda bahwa waktu rehat telah habis dan bagi pelajar Muslim untuk bersiap-siap menunaikan kewajiban sholat secara berjama`ah dan kebetulan saat ini aku terpilih untuk mengumandangkan Adzan, subhanallah… inilah seumur hidupku Adzan ditengah laut selat sunda diatas kapal perang terbesar dinegeri ini.
Opening BTPI Ke-10 |
Sekitar pukul 16:00 burung besi itu mulai meninggalkan bandara Soekarno – Hatta, dan sekitar pukul 17:30 kami baru bisa mendarat di bandara Tabing disebabkan Pesawat mesti berputar-putar sekitar 30 menit datas kota padang disebabkan gangguan cuaca yang tidak memungkinkan pendaratan. Alhamdulillah adalah kalimat toyibah selalu mengucur deras dari mulut kami, seirama dengan rintik hujan diatas atap Bandara Tabing Kota padang, Mobil Pondok Pesantren telah menunggu kami di bandara.
Hmmm… hari yang melelahkan pikirku, kulihat didepan Ust. Zakiar telah terlelap, begitu juga dengan sahabatku Rizqi yang duduk disamping kanan. Sedangkan aku masih belum mampu memejamkan mata karena terbayang adik-adik santri baru yang pasti lucu-lucu pikirku, dan yang paling mengusik pikiranku adalah menyiapkan “oleh-oleh” buat mereka. Jadi teringat pesan Ust. Zakiar Siang itu “Jangan lupa berbagi ilmu dengan adik-adik yang baru”. "InysaAllah Ustaz" jawab kami seraya merebahkan punggung diatas mobil sore itu, lelah memang namun mata tak mau terpejam :)
Tanpa terasa mobil telah memasuki gerbang pondok, keributan dan kehebohan mulai terdengar ba`da maghrib itu, aku dan sahabatku Rizqi langsung bergegas ke asrama untuk menunaikan sholat Mahgrib, sementara Ust. Zakiar menuju ke kantor akademik, beliau adalah Waka Kesiswaan saat itu, sementara kami adalah salah satu pengurus IPST (OSIS) pada periode itu. Kedatangan kami di Asrama disambut dengan gembira oleh teman-teman dan adik-adik santri yang lain, bergegas aku dan rizqi menuju ruangan kelas yang telah disulap menjadi ruang makan untuk santri baru yang sedang menjalani acara daurah (acara orientasi santri baru) di Pondok kami.
Ponpes Thawalib Parabek |
“hei… itu yang bisik-bisik, lagi ngomongin apa?”, tegurku dengan nada agak datar. Sontak mereka agak takut juga, lalu seulas senyumanku kembali membuat mereka tenang dan menjawab “ndak ada Bang, kami kira Abang itu Ustaz disini, padahal kan bang masih kelas V kan, sekelas sama ka Ulya Azizah, Bang yang Ketua IPST Putra kan ?” jawabnya dengan panjang lebar, (Maklum, gayanya memang agak tomboy). Seulas senyuman tetap mejadi jawaban bagi pertanyaannya yang panjang lebar.
dari Kiri (Alex - Fadhli - Ust. Shohib - Rizqi - Budi) saya yang dibawah :) |
Namun ada yang menjadi perhatian bagiku malam itu, … (to be continued….)
0 komentar:
Posting Komentar